“Belajar dari kisah umar dan sepotong tulang”

Tulisan ini dibuat menanggapi insiden ricuhnya deklarasi #2019gantipresiden di surabaya tanggal 26 agustus 2018. Mungkin sudah terlambat untuk dipublikasikan tapi bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya.

Hari minggu 26 Agustus 2018 lalu terjadi satu insiden saat deklarasi #2019gantipresiden wilayah jawatimur yang rencananya di adakan di tugu pahlawan dan berakhir ricuh dengan golongan yang tidak setuju dengan acara tersebut.

Mungkin sebagian umat muslim masih ingat cerita klalifah Umar bin khotob meluruskan Amr bin Ash dengan sepotong tulang dengan kekuasaanya untuk menggusur rumah reyot milik yahudi tua guna pembangunan masjid untuk kepentingan umat islam. Disitu umar bin khatab mengingatkan Amr bin Ash dengan mengirimkan sepotong tulang dan diberi garis lurus dari pedangnya untuk mengingatkan jangan pernah menggunakan kekuasaan walau untuk kepantingan umat islam tapi sampai mengorbankan orang lain sekalipun itu orang Yahudi.

Apa persamaan deklarasi #2019gantipresiden dengan kisah itu?
1. Acara deklarasi banyak merugikan banyak orang dengan hanya menguntungkan 1 pihak saja.
Siapa saja yang dirugikan ?
1. Masyarakat yang jualan di tugu pahlawan dan CFD di beberapa tempat seperti di tugu pahlawan, bungkul, jl. Tunjungan dan MER.
2. Masyarakat yang olahraga setiap minggu di CFD
3. Beberapa komunitas sosial yang punya aksi sosial seperti donasi lombok dll di acara CFD
4. Polisi yang bertugas ekstra bila terjadi kerusuhan.
5. Pengguna lalu lintas yang terpaksa harus cari jalan alternatif.

Kisah Umar yang dirugikan hanya 1 orang yahudi saja, bukan umat islam. tapi umar begitu marah karena ketidakadilan.

Disini saya tidak membela para cebonger atau menolak deklarasi #2019gantipresiden cuman cara yang digunakan kurang santun mengingat ini kota surabaya, kota yang sangat kondusif untuk tidak terlibat praktis dengan isu politik. Dan tempat yang akan digunakan sebagai deklarasi adalah tugu pahlawan icon perjuangan kota surabaya. Dimana icon kota surabaya sangat bersejarah dan tidak pantas ditunggangi oleh kelompok kelompok politik yang haus kekuasaan.

Andai lokasinya di hotel atau kalo memang kurang besar bisa menggunakan Gelora Bung Tomo yang lokasinya di ujung barat kota surabaya mungkin insiden kerusuhan ini tidak bakal terjadi. Karena kalo lokasinya di gelora bung tomo acara CFD di berbagai tempat tidak perlu diliburkan. Karena tak ada yang dirugikan ya ga ada yang protes dengan deklarasi #2019gantipresiden.

Jadi kalo ingin melakukan deklarasi politik, sebisa mungkin tidak mengganggu kepentingan publik, jika kepentingan publik diganggu, bukan salah publik untuk membubarkan acara tersebut.

-roy-

#antipolitikpraktis

My Blog Im Sorry

Tanpa terasa, saat aku buka blog ini ada notifikasi dari WordPress yang mengucapkan selamat karena sudah 6 tahun aku menggunanakan layanan blog darinya. walaupun dalam perjalanannya aku hampir samasekali tak pernah menengoknya. aku mengenal Blog 6 tahun lalu saat rame-ramenya blog bisa menghasilkan uang. Tapi aku yang awalnya juga menginginkan itu dari blog ternyata wordpress memberikan ruang yang lain ruang yang membebaskan aku bercerita apapun.bercerita tentang kegelisahan kegembiraan atau hanya sekedar menyadur informasi dari situs lain. maaf…. sekali lagi maaf aku sangat jarang berkunjung ke blog ini padahal nih blog adalah sarana curhatku yang paling tepat.

1 karena jarang pengunjung yang kedua semua tulisanku yang disini menggambarkan perjalananku mulai dari titik nol, sejak 6 tahun yang lalu aku mengenal blog.

Tulisan tersebut terakhir tahun 2013

Dan sekarang aku ingin melanjutkan tulisanku lagi. Saat ini desember 2018 yang artinya sudah 5 tahun sejak tulisan ini dibuat dan berarti aku memulai nulis di wordpress sudah 11 tahun… waw… apa yang telah terjadi setelah 11 tahun aku melupakan tentang menulis, apakah aku sudah jauh berkembang dalam berfikir atau justru aku semakin jauh tertinggal dengan teman temen yang baru memulai menulis.

Buatku menulis hanya sebagai pelarian, ya pelarian. Bagi seorang wartawan menulis sama seperti mencari uang, tidak menulis tidak bisa makan, bagi sebagian orang menulis adalah cara menyampaikan pendapat terserah mau dibaca orang atau tidak, mau di terima orang atau tidak. Bagi seorang entrepreneur menulis adalah jejak, yaitu jejak dia menuliskan mimpi, menuliskan ide dan gagasan hingga menjadi sesuatu yang memberi nilai jual.

Tapi bagiku menulis adalah sebuah pelarian dimana aku bisa menulis banyak hal, mulai yang konyol dan absurd sampai yang serius menjurus ideologi cara berfikir kapitalis yang hanya memikirkan keuntungan.

So, I’m really sorry

Jadi Inspirasi

Rasanya masih belum pantas diri ini untuk menjadi inspirasi bagi orang lain, masih terlalu banyak cela, terlalu buruk, terlalu bodoh untuk memberikan inspirasi untuk orang lain. Rasanya pengalaman yang aku miliki belum ada apa apanya, bahkan profesi yang aku geluti belum menjadikanku expert di bidangnya. Lalu untuk apa aku mengikuti kelas inspirasi yang katanya memberikan inspirasi untuk anak-anak yang sekolah di pelosok untuk tetap gigih dalam belajar dan mencapai cita-cita. Jawabnya karena aku ingin mencari inspirasi dari mereka adik-adik yang terus berjuang, terus belajar di tengah kondisi sekolah yang masih jauh dari kesempurnaan, mereka terus berusaha meraih mimpi mereka dengan kondisi apa adanya dan penuh keterbatasan. Aku mencari inspirasi dari mereka-mereka anak-anak muda relawan pengajar dan relawan fasilitator dalam mengemas kegiatan sosial yang fun namun tetap mendidik.

imageSehari menginspirasi selamanya memberi artiSehari menginspirasi selamanya memberi artiSehari menginspirasi selamanya memberi arti
Sehari menginspirasi selamanya memberi arti

Di kelas inspirasi ini aku mengenal anak-anak muda yang berjiwa sosial tinggi yang kreatif dan pantang menyerah, pengalaman yang sama juga aku peroleh dari komunitas Save Street Child Surabaya ternyata juga bisa membantuku untuk ikut berperan aktif di dunia pendidikan terutama untuk menghadapi anak-anak.

image

Memulai joging

Aku Joging? Kayaknya ga ada yang percaya deh. Aku sendiri masih belum percaya kalo aku mau bangun pagi terus olahraga. Kalo sholat subuh sih pasti, cuman biasanya tidur lagi. Kalo kakakku semenjak menikah setiap selesai sholat subuh dia udah mulai rajin baca Quran, tapi untuk aku, yang sholat subuhnya harus menunggu mood dulu kayaknya berat untuk keluar cari angin dan sekedar joging. Tapi dua hari ini aku coba untuk memulai memperbaiki pola hidup sehat.

Tulisan Pertama diawal tahun 2017

Hari ini adalah hari pertama setelah sekian lama aku tidak menulis, aku berharap tulisan ini akan berlanjut ditengah kesibukanku membangun usaha pribadiku yang dulu sempat terhenti. Ya tiga tahun lalu aku sempat merintis usaha percetakan yang hanya berumur kurang dari 6 bulan karena aku harus ke Samarinda selain karena ada project kalender tahuan dari salah satu sekolah di sana, aku juga ingin menyelesaikan beberapa urusan yang tertinggal disana. Saat  itu aku sebenarnya sudah mulai enjoy dengan usaha baruku, punya kios sendiri ngontrak kios fotocopy kecil-kecilan. Saat itu kiosku kuberi nama Viedart Advertising. Ternyata nama yang kuanggap keren malah blunder. Yah karena tempatnya di kampung tak ada yang tau apa itu advertising. Ditambah nama viedart yang tak lain adalah nicknameku yang biasa kupakai untuk chating di internet. Orang malah bener-bener asing. Ga ada yang tahu itu kios apaan. Masih inget aku hari pertama uang yang kudapat waktu itu hanya 20.000, itupun bukan dari jualan desain tapi kudapat dari pulsa yang kebetulan usahanya adikku yang nebeng daripada etalasenya kosong. Saat ini aku memulai lagi tapi dari online, tanpa tempat hanya bermodalkan social media instagram dan beberapa follower yang lumayan tapi mereka aktif dan cukup dekat dengan aku. Jadi ketika aku posting tentang kerjaanku ada beberapa teman yang pesan. Yah Alhamdulillah walau tak banyak tapi omset dari jualan online dapat membantu mencukupi kebutuhan rumah dan kebutuhan pribadiku. Oh iya nama kubuat lebih familiar mudah diucapkan dan yang pasti cukup nyleneh dan bikin orang geleng kepala dan berkomentar “bisa aja”. Nama lapakku adalah Cendol – cetak n desain online-
hehehe logo-cendol-online-merahgimana cukup mudah diucapkan kan? pasti bikin kalian geleng geleng kepala sambil berkata “bisa aja”.

Tulisan ini mungkin akan menjadi awal aku menulis kembali dan mungkin akan menjadi rangkaian tulisan perpisahan. Karena aku tak tahu tinggal berapa lama aku hidup di dunia ini. Saat aku menulis tulisan ini kondisi kesehatanku sedang turun, sepertinya penyakit lama ku sedang kambuh. Tapi aku percaya di sisa usiaku ini aku masih bisa bermanfaat untuk orang lain dan membesarkan usahaku tersebut. Aku yakin masih bisa berkarya untuk seratus tahun lagi. Atau paling tidak karyaku bisa berguna untuk seratus tahun kedepan. Sepertinya  kondisiku ini benar-benar drop, batukku tak mau berhenti, keringat dingin terus mengucur. Rasanya hari ini cukup sampai disini. Sampai jumpa besok, mudahan besok aku masih bisa menulis dan bertemu kalian walau hanya memalui tulisan.

Surabaya, 4 Januari 2017

Roy Fibrianto

Menikmati Sunrise di pantai Pampuma

image

Ga ada angin ga ada hujan, tiba-tiba Qowy, salah satu temen dari SSChild Surabaya mengajak kami pengajar ambengan batu untuk jalan-jalan ke Pantai Pampuma di Jember. Kebetulan juga sih ada temen kita yang kerja di jember yaitu mas Andy yang siap menjadi penunjuk jalan ke sana. Rencana awal sih yang mau berangkat qowy, Saad, Fahmi, aku dan mbak Mhee. Kami berencana berangkat naik kereta Api tapi karena waktunya terlalu mepet, tiket kereta pun habis terpaksa kita naik bus. Malam sebelum berangkat mbak Mhee sudah memastikan ga ikut berangkat kalau naik bus, tapi qowy masih sempet ngabari, kalo dia tetep ikut tapi ga tahu kenapa pagi hari menjelang Berangkat, dia membatalkan untuk berangkat. Coba dia bilangnya malam mungkin kita semua batal berangkat, tapi karena paginya kita sudah siap, maka perjalanan pun berlanjut walau hanya bertiga, Aku, Fahmi, dan Saad. Sebelum berangkat kita berkumpul dulu di tempat kostnya qowy untuk ambil Tenda yang sudah disewanya semalam untuk ngecamp di pantai Pampuma. Sampai di kostnya eh dia malah membelikan kita snack untuk cemilan kita, padahal dianya sendiri ga ikut.

image

Kami bertiga pun akhirnya berangkat menuju terminal Purabaya (bungurasih) untuk parkir motor dan berlanjut naik bus berangkat ke Jember. Sampai di terminal, bus yang tarif biasa sudah berangkat dan adanya bus patas dengan tarif sedikit lebih mahal, Rp52.000,-. Sedang tarif bus biasa hanya Rp.35.000,-. Di dalam Bus fahmi duduk bersebelahan dengan seorang bule kebangsaan Jerman, yang ternyata mereka hendak ke gunung Bromo. Kita lupakan sejenak soal bule dari Jerman itu, toh yang duduk bersebelahan bukan aku tapi Fahmi, entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti aku menikmati perjalananku di bus sambil tidur-tiduran di iringi lagu Mp3 dari hp. Kira-kira jam 1an kita sampai di terminal jember, sambil menunggu mas Andy menjemput di terminal kami makan siang dulu di terminal. Yang membuat kami terkejut ada seorang penjual jagung rebus yang menawarkan jagungnya hanya 1000 rupiah, sementara di surabaya jagung rebus masih dijual dengan harga 3000 rupiah, murah juga ya hidup di jember. Setelah kita makan Mas Andy dan kedua temannya akhirnya datang menjemput kami di terminal. Dan kita berenam pun langsung menuju ke pantai, setelah sebelumnya Mas Andy dan kedua temennya mampir makan siang mie kopyok khas jember yang harganya ga kalah murahnya juga. Sesampai di Jember kita mendirikan Tenda di bibir pantai deket parkiran mobil.

image

Malamnya harinya sambil mendengarkan suasana dentuman ombal di malam hari membuat hati tenang, jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan di jalan. Baru kali ini aku bermalam di tepi pantai sambil mendengarkan suara ombak bersahut-sahutan. Sensasinya memang berbeda dengan di gunung, kalo di gunung suara jangkrik dan udara menusuk kulit biasa menghampiri, sedang di tepi pantai dengan tiupan angin yang cukup kencang namun dinginnya tidak setajam udara gunung. Sambil menikmati irama ombak yang bersahut-sahutan kami membuat api unggun dengan membakar kayu di sekitar pantai.

image

Kejutan Kecil untuk Kakak Les

image
Selamat kak qowy...

Siang itu aku asyik bermain dengan teman teman gang 3 ketika kakak-kakak Les datang ke tempat kami. Ya, kami memanggilnya kakak les, kakak-kakak dari save street child surabaya ( uh.. susahnya mengeja ) yang biasa mengajari kami tiap hari selasa dan kamis. Hari itu hari minggu, nggak biasanya kakak-kakak les hari minggu datang, kukira ada kegiatan belajar, tapi ternyata tidak. Hari itu yang datang ada kak saad, kak ira, kak reny, kak mee,mas roy dan kak puspita yang datang terlambat. Mereka menyuruh kami membuat tulisan ucapan selamat untuk wisuda-nya kak Qowy. Aku ga tahu apa itu “wisuda” yang aku tahu untuk ucapan selamat kak Qowy.

Setelah tulisan ucapan kami untuk kak Qowy selesai, kami diajak oleh kakak-kakak les menuju tempat Kak Qowy dengan naik motor. Waktu itu yang ingin ikut banyak seperti mbak putri dan mbak nikita juga pengen ikut, tapi karena ga muat hanya 8 anak yang diajak. Dimas, aldo, putra, arya, riana, amel, keysha, dan karin.

Sampai di tempat mbak qowy, kami sempet mutar-mutar cari tempat parkir. Wah rame banget, ada yang jual bunga, ada yang jual minuman dingin, setelah ku tahu, oh ini toh tempatnya kak qowy di wisuda. Tiba di sana kami gak langsung ketemu kak qowy. Kami masih mencarinya ditengah ribuan orang yang diwisuda dan keluarganya yang hadir.

Kak Saad dan Mas Roy masuk ke dalam untuk nyari Kak Qowy di tengah kerumunan orang sementara kami menunggu di depan. Gak berapa lama kak Saad dan Mas Roy datang mengajak kami ke tempat foto dan disitu kita foto-foto bareng, “Selamat buat Kak Qowy yang udah jadi Sarjana, doakan semoga kami juga bisa seperti Kak Qowy”.

Foto-foto ga hanya di luar kami pun masuk ke ruangan tempat kak qowy di wisuda. Di situ kami juga foto-foto sambil bermain kejar-kejaran, ga lama mas roy menyuruh kami mengumpulkan tutup botol air mineral untuk di jadikan prakarya katanya.

image
Ini adalah hasil tutup botol yang berhasil kami kumpulkan untuk prakarya hero hore

Kami di suruh mengumpulkan tutup botol, dan yang paling banyak ngumpulkan tutup botol ditraktir minum es sama mas roy dan ternyanta pemenangnya adalah putra karena berhasil mengumpulkan 62 tutup botol sedang arya berhasil mengumpulkan 60 tutup botol, aldo berhasil mengumpulkan 45 tutup botol sedang aku hanya berhasil mengumpulkan 25 tutup botol.

Setelah selesai dari tempat kak Qowy kami di ajak makan-makan sama kakak lesnya yang traktir kak Saad, terima kasih kak Saad semoga rejekinya lancar. Dan hari minggu ini pun cukup membuatku senang. Semoga kakak-kakak Lesnya tidak bosan dengan kami dan mau terus mengajar di Ambengan batu.

Dari Anak Merdeka Ambengan Batu

semut kecil

Dia menyebut dirinya seperti itu “semut kecil” di tumblrnya…, ga heran sih kalo liat anaknya yang kecil mungil and unik, ya “unik” mengapa kukatakan unik? karena anaknya bukan seperti gadis-gadis lain yang biasa kukenal (mainstrem) bahkan dia sendiri  menyebut dirinya anti mainstrem.
image

Memang sih sebelum aku mengenal dia lebih dekat, dia orangnya cuek, jutek, dan sepertinya susah sekali untuk masuk kedalam zona pertemanannya, namun setelah beberapa kali pertemuan dan mengenalnya ternyata she is beautifull, bukan hanya dari fisiknya saja namun dari kepribadiannya. Aku mengenalnya dari sebuah komunitas peduli anak jalanan di kota Surabaya. Saat ini dia aktif mengajar di salah satu wilayah belajar komunitas dari tersebut.

Kenapa aku ingin menulis sosok tentang dirinya? entahlah yang pasti hanya karena janjiku padanya untuk menuliskannya di blog pribadiku tak lebih, hehehe… sudah kutepati lho ya. Apakah aku suka dia entahlah, apakah aku jatuh cinta dengannya akupun tak tahu. aku belum berani berkata aku suka dia karena kedekatan kami layaknya kedekatan seorang kakak dan adiknya, layaknya kedekatan seorang sahabat dengan sahabat lainnya, tak ada perasaan yang spesial diantara kami, entah dia.

Baru-baru ini kami terlibat acara bareng dengannya dalam sebuah event lounching buku seorang kawannya yang dia dikenal via tumbler. Dia sangat ngefans sekali dengan penulisnya, dia paling semangat kalo cerita soal tulisan-tulisan kawannya itu di tumbler. Dia memang suka membaca dan menulis, aku juga suka tulisan-tulisannya di tumbler. Sebenernya tulisan-tulisannya ga kalah bagus dengan kawannya yang baru launching buku itu hanya saja, kepercayaan dirinya saja masih kalah jauh.

Tahun ini juga menjadi tahun spesial untuknya, karena pada tanggal 27 sept kemarin, dia baru saja menamatkan studi S1nya di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA dulunya IAIN Sunan Ampel Surabaya). Acara wisudanya tepat satu hari menjelang acara launching buku kawannya itu di Surabaya. Sayang sekali aku ga hadir di acara wisudanya, selain karena pekerjaanku yang baru pulang jam 3 sore, hari itu juga sudah janji dengan kawannya itu sang penulis itu.

Hm… sebenarnya banyak sekali sesuatu yang ingin aku tuliskan tentang dirinya tapi aku takut nanti dia ke-geeran lagi hehehe… aku rasa itu saja dulu yang dapat aku tuliskan tentang dirinya. Saranku buat dia agar tetap selalu barkarya dan memberi manfaat untuk semua

Dari seorang teman
Roy

Cerita dari Delta

IMG_9462Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu Surabaya, saat aku pulang dari nonton film di bioskop plaza Surabaya kulihat seorang gadis kecil yang berusia belum genap 10 tahun, dan bocah laki-laki yang belum genap 5 tahun, sedang tidur tanpa alas di lantai plaza yang cukup dingin menurutku. Disampingnya ada gelas plastik untuk tempat uang receh bagi siapapun yang iba dan memberikan recehan padanya juga beberapa lembar Koran yang belum laku tampak tergeletak digunakan sebagai bantal. Saat pertama kali berjumpa aku sempat berikir kemana ibunya, kok tega sampai larut malam kok anaknya dibiarkan tidur di emperan mall, hingga akhirnya aku bergabung dengan komunitas yang peduli dengan nasib mereka, ya komunitas itu bernama Save Street Child Surabaya.

Komunitas SSC Surabaya inilah yang mengenalkanku pada Rahma gadis kecil yang kujumpai pertama kali di Plaza Surabaya waktu itu. Dan ternyata bocah laki-laki yang disampingnya yang cukup aktif adalah adiknya bernama Fano. Aku bergabung menjadi volunter SSC Surabaya sebagai tenaga pengajar yang dikenal dengan sebutan Pengajar Keren dari program KAU Mengajar (Kami Ada Untuk Mengajar). Salah satu program yang digagas SSC Surabaya yang bertujuan untuk kepedulian terhadap dunia pendidikan anak-anak terutama bagi mereka anak-anak jalanan. Ya karena mereka hampir tidak memiliki waktu untuk belajar dirumah ataupun untuk mengikuti bimbingan belajar yang harganya terbilang mahal untuk kondisi perekonomian keluarga mereka.

Sejak bergabung dengan SSC Surabaya aku mulai mengenal siapa Rahma, karena 2 kali semingu tiap selasa dan Rabu jam 19.00 malam, aku turut serta mengajar di wilayah Delta (sebutan untuk Plaza Suabaya) sebagai pengajar keren, awalnya yang mengajar di delta hanya kami berlima bersama Mas Gito, Mas Andy, Mas John, dan si cantik Mbak Aurora di temani dengan pengajar lama yang keibuan Mbak Anis. Sebelum mengajar di Delta kami berlima sebenarnya sudah saling kenal karena dipertemukan di Open Rekrutmen Pengajar Keren SSC Surabaya, yang kebetulan kami berempat yaitu aku, Mas John , Mas Andy juga Mbak Aurora adalah satu kelompok. Seiring berjalannya waktu kakak-kakak pengajar yang turut perpartisipasi di Delta semakin banyak diantaranya ada Bang Jo, Mbak Reny, Mbak Okta, Mbak Wundri, Mbak Intan, Mbak Aulia, Mbak Qowy, Mbak Puspita, Mbak Lala, Mas Indra, Mas Sandy, Mas Fahmi, Mas Ghosy, dan masih banyak lagi yang aku ga kenal namanya satu persatu.

Bersama sahabat-sahabat seperjuangan itulah, aku mulai mengenal siapa sosok Rahma. Seorang gadis kecil yang gigih di usianya yang masih belia, walau kadang sedikit rewel seperti anak-anak pada umumnya. Dan kadang jika dia mulai rewel dan ga mau belajar, kami kakak – kakak pengajar yang laki-laki kadang ga sanggup menghadapi tingkahnya tapi Mbak Aurora yang mungkin sama-sama perempuan sanggup meluluhkan hati Rahma dan mau belajar. Lain Rahma lain lagi dengan adiknya Fano, bocah laki-laki yang super aktif itu paling susah untuk diam, dia mau belajar jika suasana hatinya mau belajar, walau akhir-akhir ini sudah bisa menulis angka 1-10 dengan benar. Bahkan kadang-kadang kakak pengajar yang baru bergabung sering dibuat kerepotan dengan tingkahnya yang ga bisa diam. Sebenarnya ada salah satu pengajar yang mampu menakhlukkan hati Fano, dia salah satu Pengajar Keren yang akhir-akhir ini jarang ngajar. Mungkin karena kesibukannya bekerja atau yang lain aku tak tahu. Yang pasti setiap aku ke Delta yang dicari Fano adalah kakak tersebut bukan kakak pengajar yang lain.

Kelas Delta… ya, mungkin itulah seklumit cerita tentang kelas Delta yang kini hanya mengajar 2 adik, Rahma dan Fano. Sebelumnya ada 4 anak bersaudara dari Ambengan Batu yang ikut meramaikan kegiatan belajar di Delta ini, mereka adalah Putri, Amel, Arya dan Putra dan 3 anak lainnya namun seiring dibukanya kelas baru di dekat rumah mereka, sehingga mereka ikut belajar di Ambengan Batu. Kini di Delta mulai sepi, namun kami tetap datang untuk bertemu Rahma dan Fano sambil tetap belajar sambil bermain. Terima kasih untuk kakak-kakak pengajar yang turut meramaikan Delta.

-Roy-

Pengajar Keren Delta yang masih belum merasa keren.

Senja di “Harina”

Bukan tempat wisata, bukan juga sebuah café, hanya kereta api eksekutif Surabaya-Bandung, ya Kereta Api Harina Expres, seperti nama seorang perempuan memang. Temanku di komunitas SSC bernama Arina juga temanku waktu di SMA dulu namanya juga Arina. Tapi ini bukan membahas soal kedua temanku yang kebetulan namanya hampir mirip dengan kereta api Eksekutif itu. Namun ini adalah perjalananku yang tidak kusengaja, perjalanan yang tak seorangpun tahu, keluargaku pun tak tahu teman-temanku tak tahu, yang tahu haya Allah dan seorang teman “kecilku” yang kebetulan sedang KKN di Bojonegoro yang akhir-akhir ini aku semakin dekat dengannya justru saat dia jauh dariku.
16.00 WIB. Start
Aku berangkat naik “harina” meninggalkan kota yang semakin hari semakin sejuk. Mungkiin tak lama lagi kota Surabaya ga akan kalh dari sejuknya kota malang karena hadirna berbagai taman yang berada di seluruh pelosok kota Surabaya. Aku lama tidak melakukan perjalanan. Perjalanan terakhirku di bulan oktober tahun lalu memberikanku pengalaman – pengalaman untuk menemukan keajaiban keajaiban yang ada di sekitar selama kita yakin akan Kebesaran-Nya. Saat ini pun aku melakukan perjalanan juga ingin merasakan keajaiban-keajaiban yang sama saat aku ke Samarinda beberapa bulan lalu.

Awal perjalanku di temani Koran pagi Jawa Pos yang akhir-akhir ini aku lama tidak mengikuti perkembangan beritanya. Hari ini kebetulan berita utamanya tentang perkembangan operasi Face Of pertama di Indonesia yang dimulai sejak 2006 lalu. Kulihat foto terakhir setelah operasi sepertinya akan kembali cantik seperti semula walaupun buatan manusia tak akan sesempurna buatan Illahi. Tapi syukurlah setidaknya perkembangan duni kesehatan di indonseia semakin maju. Setidaknya itulah hal positif yang kuambil dari jawapos hari ini di tengah berita bencana banjir dan gempa yang melanda Indonesia akhir-akhir ini.

Kok malah bicara soal berita sih ya…. Sory prolognya kelamaan… hehehe… aku naik di di satu-satunya gerbong ekonomi ber AC dengan tarif 200ribu. Harga yang lumayan mahal untuk dompetku saat ini karena duit di dompet tersisa 430 ribu kalo di potong uang tiket 200 ribu jadi tersisa 230 ribu, mepet sekali … tap aku percaya dengan keajaiban aku pernah pergi ke Berau tanpa uang sama sekali dan masih tetap bisa pulang kok… aku juga pernah ga pegang uang samasekali ketika mau berangkat ke samarinda eh nggak tahunya beberapa jam sebelum berangkat aku dapat kiriman transfer dari orang yang tak ku duga. Jadi dengan modal 230ribu aku rasa cukup untuk bisa kembali ke Surabaya dengtan keajaibanNya mudahan.

Di dalam kereta saat aku mulai menulis ini waktu menu8njukkan pukul 17.00 waktu setempat aku tak tahu aku berada dimana? Kulihat di luar baru saja aku meninggalkan Lamongan. Makanya di judul aku tulis “Senja di Harina” karena aku mulai menulis ini sambil menikmati senja di dalam kereta api eksekutif ini walau aku naik gerbong ekonomi hehehehe….

Ditemani dengan Cappucino
Sudah sekian lama aku tak naik kereta api. Terakhir aku naik kereta api saat itu kalo ga salah tahun 2007 saat pulang dari Lamongan ke Surabaya bersama bude dengan naik kereta api aku lupa namanya yang pastiti saat itu tarifnya Rp.1500,- ya ga salah lagi memang seribu lima ratus rupiah sudah sampai Surabaya dari desa kelahiranku Kabupaten Lamongan . tapi apa yang kurasakan selama satu setengah jam perjalanan itu rasanya ingin muntah, sumpek, sesak, berjubel dengan pedagang ayam yang baunya minta Ampun…, bahkan dalam hati aku masih ingat aku bergumam “ enggak lagi deh naik kereta api”. Tapi sekarang entah kenapa setelah perusahaan kereta api mulai berbenah dan aku mendengar cerita dari saudara iparku (istri kakakku) yang dari blitar yang mengatakan bahwa “kereta api sekarang lebih nyaman ndari pada dulu” membuat aku jadi ingin merasakan naik kereta api lagi . dan sekarang secara tidak terduga dan tanpa kurencanakan sebelumnya aku merasakan kereta api lagi walau kelas ekonomi tapi sudah lebih nyaman daripada dulu. Bahkan saat ini ada “pramugari” yang cantik juga layaknya pesawat yang ikut melayani. Walau hidangannya bukan gratis karena untuk menikmati segelas cappucino aku harus merogoh kocek Rp.12.000/gelasnya cukup untuk menemaniku menulis di kereta di waktu senja, ya “Senja di Harina”

-Roy –
Ditulis di dalam kereta Harina dibaca dimana saja